Before I begin, let’s admit it: having a lot of likes in Instagram feels so GOOD! Right? I know! Because according to research, Instagram ‘likes’ cause an endorphine hormon which makes us feel good about ourselves. Iya, aku ngaku juga bahwa main Instagram itu asyik, bisa kepo sama kehidupan orang lain, bisa liat kehidupan selebriti kesukaan kita, bisa makin deket sama temen-temen yang lagi kuliah jauh di luar sana.
Tapiii.. makin kesini aku jadi makin merasa gak sehat mainan Instagram. Bukannya apa, tapi rasanya Instagram sekarang bukan cuma sekedar media sosial buat ngupdate temen-temen tentang hidup kita. Sekarang, Instagram malah seolah-olah jadi ruang pamer buat ngepos hal-hal sempurna yang mau kita pamerin. Yang dulunya dipake buat jadi album foto, sekarang foto-foto pribadi bahkan yang paling vulgar sekalipun bisa disebar lewat Instagram. Dan ya, kalau diperhatikan, makin menarik kontennya, makin banyak pula hujan likes itu berdatangan. Siapa sih yang gak suka?
Tapi, yuk kita lihat di di balik layarnya kayak gimana. Karna Instagram, cewek-cewek muda jaman sekarang udah gak sungkan untuk pamer bikini dan belahan dada dan paha kemana-mana, di platform yang bisa dilihat semua orang. Bukan cuma temen-temen dan keluarganya, bahkan mas-mas tukang angkot yang punya Instagram pun bisa mengakses foto itu. Karna Instagram, banyak temen-temen sekarang yang sukanya, “Yuk ke kafe anuh biar bisa foto ala-ala”. “Yuk ke Bali biar bisa foto #beachvibe gitu lhoooo”
“Eh sini deh foto mesra-mesraan biar nanti orang-orang bisa komentar #relationshipgoals”
“Mau makan disitu aja ah, soalnya makanannya cantik banget dan instagram-able”
“Mas, mas, tolong fotoin kita ya, mau diupload ke Instagram”
dan lain sebagainya……
Yang membuat sedih adalah: they care more about their Instagram feeds than with the real pleasures of life. Banyak banget kejadian nih, ketika lagi ngumpul sama temen-temen, terus mereka sibuk check-in di Path, bikin Instagram stories, sampe bikin Instagram live segala. And the only thing I could think of is: BUAT APA SIH??
I mean, gak ada larangannya kok buat aktif di sosial media. Tapi, jangan sampe semua kejadian dalam hidup mau dibagiin ke khalayak luas. Don’t we all need a little privacy? Kita jadi doyan ketawa haha hihi ketika di foto, padahal di kenyataannya kita cuma ngobrol barang semenit dua menit. Lebih sibuk sama hp masing-masing daripada bener-bener being there and exist. Sering juga lagi traveling ke tempat-tempat hits, terus semua orang sibuk ngambil selfie dan foto masing-masing. They don’t really care about the history, the story behind it, the connection and the ambiance of the place. They don’t really talk with the locals. They just want to…..update it in their social media accounts.
Seolah-olah, semua pengalaman hidup kita itu jadi kurang asyik kalo belum di-share ke media sosial.. Bangun tidur update di path disertai quotes bijak kekinian, nyampe kantor update di Path, terus upload foto dengan ootd ke Instagram, terus makan siang di cafe harus difoto dulu makanannya, pulang kantor harus Instagram Live dulu mumpung lagi reuni kecil-kecilan. Habis itu nyampe rumah update path lagi.
OH GOD! What’s the point??!! First off, no one fucking cares unless it’s your parents or your significant others (arguably!). Second of all, come on, enjoy the real life! If your life is pretty darn beautiful, well then enjoy it, you don’t have to brag about it. It brings no good to you, it brings no good the ones who see it.I just think that people who always have to share everything about their lives are the most insecure ones. I don’t know, maybe it’s just me. But I genuinely feel sad every time it happens. For some people, Instagram becomes their main universe, they forget to live in the real life.
There are moments in life…best experienced by staying in the moment and just….be there.
No phone, no camera, no internet. Just us and our real lives.