Hi Universa!
Lama kita tak bercakap-cakap.
Jangan marah. Aku hanya sempat tersesat.
Jiwaku sedang disedot oleh mesin vacuum bobrok bernama Jakarta.
Setiap hari berkutat mengalahkan kemacetan dan deru klakson yang tak selesai-selesai.
Setiap hari bertemu mata-mata kosong yang tak sabar menanti datangnya akhir pekan. Hanya agar bisa tidur 8 jam.
Hi Universa!
Tepat 20 hari lagi.
Aku akan pindah ke ujung dunia.
Literally, paling ujung. Terpencil nun jauh di sana.
Bebas dari kelembapan iklim tropis. Bebas dari keringat.
Bebas dari tudingan bahwa aku hanya imigran yang tak diundang.
Bebas dari stereotipe dan diskriminasi.
Untuk sementara, setidaknya.
Kamu tahu kan, seratus rasa yang sedang teraduk-aduk dalam hatiku?
Kamu pasti tahu. Kamu tahu segalanya.
Aku rindu dengan Falen yang lama. Entah apa yang terjadi dalam beberapa tahun ini. Falen sudah menjadi robot. Dia hanya peduli tentang start-up terbaru, strategi komunikasi, laba saham, sampai percakapan basa-basi.
What the hell happened?
Mungkin, ini yang dinamakan jadi dewasa. Dipaksa harus bersikap normal.
Dipaksa membohongi diri sendiri.
Dipaksa menutupi kesedihan dan memasang muka sangar.
Dipaksa tersenyum walau air mataku sudah menggenang.
Hanya agar tidak dicap ‘galau’.
Bajingan!
Apapun yang terjadi, aku akan kuat.
Aku janji. Asal kamu tetap bersamaku.
Jangan pergi, ya?
Temani aku menaklukkan Selandia Baru.