Putri sayang,
Ketika kita beranjak dewasa, ada banyak hal-hal yang tak diajar di ruang kelas.
Cara melapor pajak, menjahit kantung jins yang bolong, mengupas bawang tanpa meneteskan air mata.
Cara memilih pasangan hidup, membahagiakan orang tua.
Juga, cara menghadapi patah hati.
Di masa sekolah kamu akan patah hati karena ego sendiri-sendiri.
Ia main dengan siswi lain, kamu merengut karena cemburu.
Ia lupa membalas pesan, hatimu potek karena merasa terlupakan.
Rasanya sakit, seperti dunia akan kiamat.
Tapi ketika kita beranjak dewasa, kamu akan patah hati karena hal-hal yang lebih besar.
Harta, restu, agama, keturunan, penyakit, kecelakaan.
Sedihnya, tak ada satu pun yang bisa kamu kendalikan.
Sometimes in life, things just happen.
They just do.
Aku tahu ekspresimu yang menahan tangis dengan bibir digigit.
Aku tahu isak tangis yang sayup-sayup terdengar dari jauh.
Aku tahu penampakan mata bengkak karena sendu semalaman.
Tapi putri, ketika kita beranjak dewasa, ada patah hati yang tak bisa diselesaikan
Dengan sebatang cokelat dan sebuah pelukan.
Ada patah hati yang harus kamu lalui sendirian.
Malam demi malam, menangis kesepian.
Pelan-pelan menerima kenyataan.
Merelakan perasaan.
Menata kembali hati yang hancur berantakan.
Putri sayang,
Apapun yang terjadi.
Siapapun yang membuatmu patah hati.
Aku tetap ada di sini.
Dengan semangkup sup kacang merah kesukaanmu.
Membelikanmu buku terbaru yang sudah kamu idamkan.
Tangan terbuka, wajah tersenyum.
Aku tetap ada di sini.
Kamu kuat.
Kamu pasti bisa.
Jangan menyerah.
Hidupmu masih panjang.