Kita semua sedang berjuang kok.
Benar, kita punya perang yang harus kita hadapi sendiri-sendiri.
Ada yang berjuang mencari nasi untuk istri dan anaknya.
Ada yang berjuang agar upah hari ini cukup untuk makan satu kali.
Ada yang berjuang supaya dagangannya dibeli.
Ada yang berjuang menahan lapar dan haus.
Ada yang berjuang supaya tak menangis ditinggal pergi.
Ada yang berjuang mempertahankan bisnis yang di ambang bangkrut.
Ada yang berjuang mengalahkan penyakit mematikan.
Ada yang berjuang menyetir bemo dan angkot di terik panas.
Ada yang berjuang menjadi ojek payung dan rela basah demi uang.
Ada yang berjuang memerangi hati nurani di sangkar prostitusi.
Ada yang berjuang bertahan hidup ketika yang dikasihi mati.
Ada yang berjuang menabung agar anaknya punya tas baru.
Ada yang berjuang ngamen di jalan agar bisa makan.
Ada yang berjuang menjadi juara satu di kelas.
Ada yang berjuang memuntahkan makanan agar tetap kurus.
Ada yang berjuang merawat ibu yang sakit keras.
Ada yang berjuang mengumpulkan koin gratis di Line.
Ada yang berjuang mencari kebahagiaan.
Ada yang berjuang untuk bernapas sehari lagi.
Ada yang berjuang di sakratul maut setelah ditabrak lari.
Ada yang berjuang mencari merek kosmetik terbaru hingga luar negeri.
Ada yang berjuang menciptakan lagu.
Ada yang berjuang untuk keluar dari kota kelahiran.
Ada yang berjuang untuk mendapat beasiswa S-2.
Ada yang berjuang melawan diri sendiri.
Ada yang berjuang, sendirian.
Kita semua sedang dalam perjuangan.
Perjuangan kita masing-masing yang tak kalah hebat.
Jadi tolonglah, jangan memamerkan penderitaanmu di depan khalayak ramai. Tak usah ganti status, tak usah bilang ke semua orang bahwa pacarmu selingkuh. Tak usah gores-gores diri, tak usah mencoba bunuh diri. Tak usah sombong ke dunia bahwa kamu orang paling menderita. Kita sudah punya penderitaan kita sendiri-sendiri.
Bagaimana kalau, sebagai gantinya, kita saling menyemangati? Bagaimana jika kamu memaafkan angkot yang berhenti tiba-tiba. Atau bis yang lewat cepat memercikkan air ke jinsmu yang harganya sejuta. Atau ibu-ibu yang melayanimu dengan cemberut tanpa senyum. Atau tukang ojek yang minta bayaran sedikit lebih banyak.
Bagaimana kalau, sebagai gantinya, kita saling mengapresiasi? Bahwa setiap orang sedang berjuang mendapatkan sesuatu yang cenderung tak kita pahami. Bagaimana kalian bisa paham bahwa sepatu bekas bisa membuat anak kecil bersorak-sorak? Bagaimana kalian bisa paham bahwa tukang angkot ingin cepat bertemu dan berbuka puasa dengan istrinya? Tentu saja tidak bisa, karena kita tidak pernah mengalaminya. But just because we never feel it, doesn’t mean other people can’t feel it too.
Bagaimana kalau,.. Kita tersenyum lebih banyak.
Dan mengeluh lebih sedikit.
Percayalah, tak hanya kamu yang sedang berjuang.