My fourth week in Auckland was kinda rough. I visited the Auckland Domain & Grey Lynn Farmers Market, but I was feeling extremely nervous about the coronavirus development in NZ. Jumlah kasusnya naik terus, dan sekarang kuliah mau dipindahin ke full online. Aku worry banget dan gak bisa fokus sendiri buat belajar, baca, atau sekedar kerjain tugas.
But anyway, untuk melepaskan pikiran itu, hari ini aku pergi ke Grey Lynn Farmers Market. Lokasinya lumayan jauh sih, kira-kira 20 menitan lah kalau pake bus. Tapi karena masih pagi, jadi enak aja buat jalan-jalan santai sambil dengerin lagu. Udaranya juga cerah, I love it!
Di Auckland ini banyak banget ada Saturdays, Sundays, sama Farmers Market. Biasanya orang-orang jual hasil panen mereka, atau makanan-makanan homemade yang mereka bikin sendiri, kayak semacam jam, roti, minuman, madu, dll. Makanya aku nggak sabar buat dateng, biar bisa beli sayur, buah seger, sambil makan icip-icip juga.
Pas sampe, ternyata Grey Lynn Farmers Market ini lumayan lengkap juga. Ada yang jualan buah sama sayur murah-murah banget, lebih murah dari yang di supermarket. Terus ada yang jualan smoothies, nachos, es cokelat, kombucha, roti naan dengan berbagai dips, keju, dan sebagainya. Fix aku ngiler :))
Setelah muter-muter ada kali 5x, akhirnya aku beli apel sekilo yang harganya NZD 3. Terus karena udaranya mulai panas, aku beli smoothies tropical. Rasanya enak bangeeet, creamy, seger, asem, manis. Kayaknya, the best smoothies I’ve ever had deh. Terus karena udah mulai laper, akhirnya aku beli butter omugi rice di salah satu kedai yang dijaga sama suami istri pasangan Jepang. They’re beyond cute!
Begitu nyampe di suapan pertama, ya ampun bikin speechless. Nasinya gurih, telurnya fluffy, terus disiram sama saus mushroom, jadinya meleleh di mulut. Nasinya kayak digoreng terus dikasih garlic sama bayam. Awalnya skeptik soalnya gak suka bayam, tapi ternyata endolita sodara-sodara! Sangking enaknya aku sampe makan pelan-pelan biar nggak cepet habis. Huihihi, mahal cuy 7 dollar-an.
Hedon Buku di Dear Readers
Nah, setelah puas di Grey Lynn Farmers Market, aku mau pulang kan sebenernya. Tapi pas nungguin bus itu kok lama bangeeet. Udah gitu cuacanya panas lagi. By the way, mataharinya New Zealand itu termasuk jahat. Soalnya udaranya dingin, banyak angin, tapi mataharinya terik. Jadi kita sering nggak sadar, tiba-tiba muka kerasa burn gara-gara kelamaan di outdoor.
Di seberang halte bus aku liat ada toko buku namanya Dear Readers. Yaudah aku pikir main-main aja lah kesana dulu daripada lama nunggu. Begitu menapakkan kaki, aku berasa kayak di surga. Iya, surga versinya Falen.
Bayangin ya, ini toko buku tapi semua bukunya gak ada yang diplastikin. Terus, dandanan interiornya homey parah. Buku-bukunya disusun dengan rapi, dikelompok2in berdasarkan genre, terus di tengah-tengah ruangan ada sofa cozy buat kita yang mau baca sejenak. Penjaga tokonya juga ramah sekali, tiap kali ada orang dateng dia selalu tanya, mau dibantu cari buku yang kayak gimana.
Bahkan aku kan cuma nanya, kalau buku non-fiction ada dimana… Eh sama dia kayak dikasih tour mengelilingi semua ruangan gitu. Terus aku bisa taruh belanjaan dulu dititipin ke dia, biar liat-liat bukunya lebih enak. Senangnya :”)
Awalnya aku bingung mau beli apa. Selain karena semua bukunya keliatan menarik (di sana tuh cover bukunya bagus-bagus banget, kayak artistik aja, nggak komersil), harga bukunya juga lumayan boy! Lumayan menyedot kantong buat anak mahasiswa kayak aku gini. Tapi akhirnya aku menjatuhkan pilihan ke dua buku: The Art of Making Memories & Confessions of a Bookseller. Dua buku ini kayaknya seru dibaca, tapi juga ada bagian-bagian lucunya. Can’t wait to dig in!
Nah, begitulah highlight minggu ke-4 aku di Auckland. Menyenangkan banget, padahal cuma jalan-jalan belanja di “pasar modern” dan ke toko buku. Hihihi. See you on another post, yah!