It’s been two weeks since I arrived in Auckland and finally, the lectures started! Kuliah minggu pertama ini masih agak gagap. Masih muter-muter gedung buat nyari ruang kuliah, masih bingung nyari microwave buat manasin bekal makan siang, atau galau mau belajar di study area yang mana (karena emang banyak banget!).
Seperti biasa, kelas-kelas pertama masih diisi sama perkenalan. Cuma dijelasin tentang struktur kelas, tugas-tugasnya apa aja, sistem penilaiannya kayak gimana. Tapi, yang bikin asyik, di sini kuliahnya nggak textbook-based. Misalnya, kalau kita kuliah Public Policy – mereka gak bakal nanya pas ujian, “Apa definisi Public Policy menurut A, B, C?”
At least, that’s what often happens during my bachelor degree. Kalau di sini, dari awal mereka udah kasih porsi nilai, tugasnya harus dikumpulin kapan, kriteria tugasnya gimana, biar bisa dapet nilai A – apa aja kriteria yang harus dipenuhi. Semuanya lengkap tersedia di awal semester. Terus, nggak banyak ujian juga. Dari 3 kelas, cuma 1 kelas yang ada sit-in exam. Mayoritas mengandalkan tugas esai atau presentasi. Yay!
Setelah jadi maba, weekend kemarin dihabiskan buat mengeksplorasi Devonport. Devonport ini letaknya di seberang kota Auckland. Kotanya kecil, sepi, tapi bangunan-bangunannya lucu. Kita bisa naik ferry (kalau pake diskon mahasiswa jadinya sekitar NZD 7 untuk perjalanan PP). Senangnya hidup jadi mahasiswa :”)
Sampai di Devonport, langsung beli coklat di Devonport Chocolate. Aku galau – karena semuanya keliatan enak. Ada yang mint truffle, chocolate berry, ada yang isinya liquor juga. Tapi, akhirnya aku beli yang Chocolate Orange. Dan, rasanya enak parah! Sweet, but bitter, but tangy. It’s just like a bath bomb in your mouth. Hahaha.
Habis makan cokelat, terus mengunjungi toko buku yang cantik banget. Ya ampun, toko-toko buku di sini… they have no mercy! Kecil-kecil tapi keren lah suasananya, koleksi buku, sampe penataan interiornya. Karena lagi bokek, jadi aku nggak beli apa-apa. Plus karena aku tahu mau mendaki Mount Victoria, jadi aku males kalau harus bawa-bawa buku yang berat.
Paradox Bookstore, Devonport
Ahnyway, setelah itu beli The Vic Gelato. Sayang, lagi nggak ada Mint Chocolate Chip, so I opted for Cappuccino & Raspberry Shorbet. Memenuhi reputasi aku sebagai Gelato Mastermind, tentu aja kombinasi dua rasa itu dabomb. Cappuccino-nya creamy, agak bitter tapi enak, terus yang shorbet rasanya sour, fresh, dan lembut. Ah, mantap lah pokoknya.
360 Beauty di Mount Victoria
Mendaki ke Mount Victoria ternyata nggak secapek waktu mendaki ke Mount Eden minggu lalu. Buktinya, aku bisa mendaki sambil ngabisin gelato tanpa ngos-ngosan. Ahay.
Pemandangan dari atasnya juga cantik betul. Tiap sudut bisa ngeliat lanskap Auckland dari sisi yang berbeda – ada yang menghadap pantai, perumahan, ke Sky Tower, jadi bener-bener 360 derajat gitu.
Fish & Chip di Tepi Pantai
Capek mendaki, akhirnya kami beli Fish & Chip buat makan di tepi pantai Devonport. Fish & Chip di sini gede-gede banget woi porsinya. Walaupun cuma makan sama kentang, tapi udah bikin kenyang. Padahal bumbunya cuma garem (aku butuh Boncabeeee….).
Oh ya, terus selama perjalanan ke tepi Pantai Devonport, aku ngeliat Library Devonport yang keren banget. Bangunannya mengingatkan sama Starbucks hahaha. Tapi sayang, waktu itu library-nya udah tutup. So, maybe next time, a’ight?
Perjalanan pulang ke Auckland pake ferry itu mesmerizing banget. Dan juga – membekukan nadi. Soalnya, anginnya kenceengg dan aku bahkan nggak bawa jaket. Tapi pemandangan awan yang mulai gelap, dan gedung-gedung pencakar langit yang lampunya mulai dinyalakan, lumayan bikin hati seneng. Gosh, I still can’t believe I made it here.
Can’t wait to explore more of this beautiful sail city. Sayonara for now!